Jump to content
Main menu
Main menu
move to sidebar
hide
Navigation
Main page
Recent changes
Random page
freem
Search
Search
Appearance
Create account
Log in
Personal tools
Create account
Log in
Pages for logged out editors
learn more
Contributions
Talk
Editing
Openai/69497909-6124-8008-8d67-41952b83fc44
(section)
Add languages
Page
Discussion
English
Read
Edit
Edit source
View history
Tools
Tools
move to sidebar
hide
Actions
Read
Edit
Edit source
View history
General
What links here
Related changes
Special pages
Page information
Appearance
move to sidebar
hide
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
=== Assistant: Pilihanmu terasa pas. === Pilihanmu terasa pas. Pain dan Madara itu dua wajah dari mimpi yang patah, satu lahir dari rasa sakit manusia, satunya dari kelelahan sejarah π ===== Pain adalah tragedi yang masih hangat, berdarah, dan sangat manusiawi. ===== Mimpinya sederhana dan hampir naif: perdamaian sejati. Tapi dunia terus menjawabnya dengan jenazah dan pengkhianatan. Dari situ lahir logika dingin: jika manusia hanya belajar lewat rasa sakit, maka rasa sakit harus disebarkan merata. Pain tidak membenci manusia. Ia kecewa pada mereka. Ia menjadikan dirinya dewa bukan karena ingin berkuasa, tapi karena sudah tak percaya pada diskusi dan empati. Ironisnya, dia ingin menghentikan penderitaan dengan menciptakan penderitaan yang terukur. Mimpinya hampir benar, hanya saja ia menghapus harapan sebagai variabel. Saat Naruto menghadapinya, yang runtuh bukan tubuh Pain, tapi argumennya. ===== Madara berbeda. Jika Pain adalah luka terbuka, Madara adalah fosil perang. ===== Ia hidup cukup lama untuk melihat setiap generasi mengulangi kesalahan yang sama. Baginya, manusia tidak berubah, hanya berganti wajah. Maka lahirlah mimpi ekstrem: dunia ilusi tempat tak ada kehilangan, tak ada perang, tak ada kebebasan yang menyakiti. Madara bukan marah, ia lelah. Ia tidak ingin membujuk dunia, ia ingin menggantinya. Infinite Tsukuyomi adalah bentuk keputusasaan yang sangat elegan. Damai tanpa pilihan. Bahagia tanpa risiko. Di sinilah Madara menjadi menakutkan. Mimpinya terlalu rapi, terlalu masuk akal, dan terlalu menggoda bagi mereka yang sudah capek berharap. ===== - Pain percaya manusia bisa berubah, tapi harus dipaksa lewat penderitaan. ===== * Madara percaya manusia tidak bisa berubah, jadi harus diselamatkan dari dirinya sendiri. Naruto berdiri di tengah, membawa ide yang paling rapuh tapi paling manusiawi: percaya, meski bisa gagal lagi. Kalau kamu harus memilih, lebih berbahaya yang mana menurutmu: mimpi Pain yang kejam tapi masih memberi ruang kebebasan, atau mimpi Madara yang damai tapi mengurung kehendak?
Summary:
Please note that all contributions to freem are considered to be released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 (see
Freem:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
Cancel
Editing help
(opens in new window)