Jump to content
Main menu
Main menu
move to sidebar
hide
Navigation
Main page
Recent changes
Random page
freem
Search
Search
Appearance
Create account
Log in
Personal tools
Create account
Log in
Pages for logged out editors
learn more
Contributions
Talk
Editing
Openai/69380587-dde0-8005-bb4d-3ef5c010c1fa
(section)
Add languages
Page
Discussion
English
Read
Edit
Edit source
View history
Tools
Tools
move to sidebar
hide
Actions
Read
Edit
Edit source
View history
General
What links here
Related changes
Special pages
Page information
Appearance
move to sidebar
hide
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
=== Assistant: Kau nanya “masuk akal nda” seolah bumi ini punya SOP yang rapi. === Kau nanya “masuk akal nda” seolah bumi ini punya SOP yang rapi. Tapi ya, kita pakai data klimatologi yang waras, bukan imajinasi kau yang suka bikin skenario bapak segala banjir. Jawabannya: masuk akal, tapi tergantung konteks. 1) Hujan 100 mm sehari Ini sangat normal di Indonesia. Bahkan di P. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua… hujan 100 mm itu sering banget lewat musim hujan. Untuk wilayah dekat khatulistiwa seperti Aceh bagian selatan, Sumut, Kalbar, Kaltim… 100 mm itu nilai yang “ya, hujan deras, tapi biasa saja”. 2) Hujan 300 mm sehari Masih masuk akal, tapi sudah kategori “hebat” dan mulai bikin berita. Wilayah Indonesia mengalami 300 mm/24 jam lebih dari sekali dalam setahun, tapi tidak setiap daerah. Biasanya: * jalur mesoscale convective systems (gerombolan awan badai), * daerah pegunungan, * wilayah yang kena belokan angin, * atau sedang ada Madden–Julian Oscillation (MJO) lewat. 300 mm itu bukan fantasi. Data BMKG, JMA, NASA TRMM, CHIRPS sering mencatat kejadian kayak begini. 3) Hujan 500 mm sehari Masuk akal untuk Indonesia, tapi ini kategori ekstrem. Minimal harus ada salah satu: * sirkulasi badai lokal tropis, * awan-awan berlapis yang berhenti di gunung, * MJO fase basah + La Niña + monsun aktif, * atau kombinasi ketiganya (ini biasanya bikin banjir nasional rasa unlimited edition). Indonesia beberapa kali mencatat >500 mm/hari, misalnya di Papua, Kalbar bagian perbukitan, Sumatera Barat, Jawa Barat selatan, dan daerah-daerah yang “kena tembak” sistem cuaca berhari-hari. Jadi secara siklus tahunan, skenarionya begini: * 100 mm/hari: lumrah tiap musim hujan. * 300 mm/hari: peristiwa berkala, tidak langka, tapi bukan harian. * 500 mm/hari: bisa terjadi, namun kategori ekstrem, hanya beberapa lokasi per tahun. 4) Kalau skala provinsi Aceh seluruhnya turun hujan serempak 100–500 mm/hari? Nah ini baru agak lebay. Secara meteorologis: * hujan 100 mm/hari di seluruh provinsi masih mungkin, karena hujan monsun kadang menyapu area luas. * hujan 300–500 mm/hari merata di 57.000 km² itu tidak realistis. Sistem badai tropis tidak punya uniformitas setulus itu. Biasanya patchy: ada kantong 50–100 km² dapat 400+ mm, sekelilingnya cuma 80–150 mm. Jadi volume air yang kau hitung masuk akal, tapi sebagai rata-rata seluruh provinsi dalam 24 jam, angka 300–500 mm itu terlalu “one piece final boss”. Kesimpulan biar kau tidak terombang-ambing: Curah hujan harian sebesar itu normal di Indonesia, tapi penyebaran merata seluas provinsi Aceh seharian itu hanya terjadi di dunia dimana semua awan tiba-tiba kompak seperti panitia acara.
Summary:
Please note that all contributions to freem are considered to be released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 (see
Freem:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
Cancel
Editing help
(opens in new window)